Ramadhan merupakan bulan penuh berkah dan ampunan, bulan yang penuh
berkah dari berbagai sisi kebaikan. Sebab itu, umat Islam hendaklah mengambil
keberkahan Ramadhan dari berbagai aktifitas positip dan bisa memajukan Islam
dan pemeluk Islam. Meliputi dari sisi ekonomi, sosial, peradaban, budaya, dan
pemberdayaan umat manusia. Namun demikian semua kegiatan yang positif itu tidak
harus mengganggu kekhusyu'an dalam ibadah ramadhan terutama di sepuluh hari
terakhir puasa bulan Ramadhan. Rasulullah SAW. menjadikan bulan puasa ramadhan
sebagai bulan yang penuh aktivitas dan amaliah positif. Selain yang telah
dijelaskan seperti tersebut di atas, beliau juga aktip melakukan aktifitas
sosial kemasyarakatan.
Persiapan Mental
Persiapan mental untuk menjalankan ibadah puasa dan ibadah terkait
lainnya sangatlah penting. Apalagi pada menjelang 10 hari hari terakhir, karena
ajakan keluarga yang menginginkan belanja mempersiapkan hari raya Idul Fitri,
pulang kampung, beli pakaian dll, sangat mempengaruhi umat Islam dalam
menunaikan kekhusyu'an ibadah puasa Ramadhan.Kesuksesan ibadah bulan Ramadhan
seorang muslim bisa dilihat dari akhirnya. Jika akhir bulan Ramadhan diisi
dengan i’tikaf dan taqarrub yang lainnya, maka insya Allah dia termasuk yg
berhasil dan sukses dalam menjalankan ibadah Ramadhan.
Persiapan ruhiyah (spiritual)
Persiapan ruhiyah dapat dilaksanakan dengan meningkatkan ibadah,
seperti memperbanyak membaca Al-Quran,saum sunnah, berdzikir, berdo’a dll. Dalam
hal mempersiapkan ruhiyah, Rasulullah SAW. memberi contoh kepada umatnya yaitu
dengan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, sebagaimana yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah
RA. berkata: ” Saya tidak melihat
Rasulullah SAW. menyempurnakan puasanya, kecuali pada bulan Ramadhan. Dan saya
tidak melihat dalam satu bulan yang lebih banyak puasanya kecuali pada bulan
Sya’ban” (HR Muslim).
Persiapan fikriyah
Persiapan fikriyah atau akal dilakukan dengan mendalami ilmu,
khususnya ilmu yang terkait dengan ibadah Ramadhan. Banyak orang yang berpuasa
tidak menghasilan kecuali lapar dan dahaga. Hal ini dilakukan karena puasanya
tidak dilandasi dengan ilmu yang cukup. Seorang yang beramal tanpa ilmu, maka
tidak menghasilkan kecuali kesia-siaan belaka.
Persiapan Fisik dan Materi
Seorang muslim tidak akan mampu atau berbuat maksimal dalam berpuasa
jika fisiknya sakit. Oleh karena itu mereka dituntut untuk menjaga kesehatan
fisik, kebersihan rumah, masjid dan lingkungan. Rasulullah mencontohkan kepada
umat agar selama berpuasa tetap memperhatikan kesehatan. Hal ini terlihat dari
beberapa peristiwa di bawah ini :
- Menyikat gigi dengan siwak (HR. Bukhori dan Abu Daud).
- Berobat seperti dengan berbekam (Al-Hijamah) seperti yang
diriwayatkan Bukhori dan Muslim.
- Memperhatikan penampilan, seperti pernah diwasiatkan Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam kepada sahabat Abdullah ibnu Mas’ud ra, agar
memulai puasa dengan penampilan baik dan tidak dengan wajah yang cemberut.(HR.
Al-Haitsami).
Sarana penunjang yang lain yang harus disiapkan adalah materi yang
halal untuk bekal ibadah Ramadhan. Idealnya seorang muslim telah menabung
selama 11 bulan sebagai bekal ibadah Ramadhan. Sehingga ketika datang Ramadhan,
dia dapat beribadah secara khusyu’ dan tidak berlebihan atau ngoyo dalam
mencari harta atau kegiatan lain yang mengganggu kekhusyu’an ibadah Ramadhan.
Merencanakan Peningkatan Prestasi Ibadah
(Syahrul Ibadah)
Ibadah Ramadhan dari tahun ke tahun harus meningkat. Tahun depan harus
lebih baik dari tahun ini, dan tahun ini harus lebih baik dari tahun lalu. Ibadah
Ramadhan yang kita lakukan harus dapat merubah dan memberikan output yang
positif. Perubahan pribadi, perubahan keluarga, perubahan masyarakat dan
perubahan sebuah bangsa. Allah SWT berfirman : Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (QS AR- Ra’du 11).
Diantara bentuk-bentuk peningkatan amal Ibadah seorang muslim di bulan
Ramadhan, misalnya; peningkatan, ibadah puasa, peningkatan dalam tilawah Al-
Qur’an, hafalan, pemahaman dan pengamalan. Peningkatan dalam aktifitas sosial,
seperti: infak, memberi makan kepada tetangga dan fakir-miskin, santunan
terhadap anak yatim, beasiswa terhadap siswa yang membutuhkan dan meringankan
beban umat Islam. Juga merencanakan untuk mengurangi pola hidup konsumtif dan
memantapkan tekad untuk tidak membelanjakan hartanya, kecuali kepada pedagang
dan produksi negeri kaum muslimin, kecuali dalam keadaan yang sulit (haraj).
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrut Taubah
(Bulan Taubat)
Bulan Ramadhan adalah bulan dimana syetan dibelenggu, hawa nafsu
dikendalikan dengan puasa, pintu neraka ditutup dan pintu surga dibuka. Sehingga
bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat kondusif untuk bertaubat dan memulai
hidup baru dengan langkah baru yang lebih Islami. Taubat berarti meninggalkan
kemaksiatan, dosa dan kesalahan serta kembali kepada kebenaran. Atau kembalinya
hamba kepada Allah SWT, meninggalkan jalan orang yang dimurkai dan jalan orang
yang sesat. Taubat bukan hanya terkait dengan meninggalkan kemaksiatan, tetapi
juga terkait dengan pelaksanaan perintah Allah. Orang yang bertaubat masuk
kelompok yang beruntung. Allah SWT. berfirman: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung” (QS An-Nuur 31).
Oleh karena itu, di bulan bulan Ramadhan orang-orang beriman harus
memperbanyak istighfar dan taubah kepada Allah SWT. Mengakui kesalahan dan
meminta ma’af kepada sesama manusia yang dizhaliminya serta mengembalikan
hak-hak mereka. Taubah dan istighfar menjadi syarat utama untuk mendapat
maghfiroh (ampunan), rahmat dan karunia Allah SWT. “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu
lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras
atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa.” (QS Hud 52)
Menjadikan bulan Ramadhan sebagai Syahrut
Tarbiyah
Da’wah Bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh para da’i
dan ulama untuk melakukan da’wah dan tarbiyah. Terus melakukan gerakan
reformasi (harakatul ishlah). Membuka pintu-pintu hidayah dan menebar kasih
sayang bagi sesama. Meningkatkan kepekaan untuk menolak kezhaliman dan
kemaksiatan. Menyebarkan syiar Islam dan meramaikan masjid dengan aktifitas
ta’lim, kajian kitab, diskusi, ceramah dll, sampai terwujud perubahan-
perubahan yang esensial dan positif dalam berbagai bidang kehidupan. Ramadhan
bukan bulan istirahat yang menyebabkan mesin-mesin kebaikan berhenti bekerja,
tetapi momentum tahunan terbesar untuk segala jenis kebaikan, sehingga kebaikan
itulah yang dominan atas keburukan. Dan dominasi kebaikan bukan hanya dibulan
Ramadhan, tetapi juga diluar Ramadhan.
Menjadikan Ramadhan sebagai Syahrul
Muhasabah (Bulan Evaluasi)
Dan terakhir, semua ibadah Ramadhan yang telah dilakukan tidak boleh
lepas dari muhasabah atau evaluasi. Muhasabah terhadap langkah- langkah yang
telah kita perbuat dengan senantiasa menajamkan mata hati (bashirah), sehingga
kita tidak menjadi orang/ kelompok yang selalu mencari-cari kesalahan
orang/kelompok lain tanpa mau bergeser dari perbuatan kita sendiri yang mungkin
jelas kesalahannya.
Semoga Allah SWT senantiasa menerima shiyam kita dan amal shaleh
lainnya dan mudah-mudahan tarhib ini dapat membangkitkan semangat beribadah
kita sekalian sehingga membuka peluang bagi terwujudnya Indonesia yang lebih
baik, lebih aman, lebih adil dan lebih sejahtera. Aamiin...
Wallahu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar