Ketika seluruh ibadah itu hanya diperuntukkan bagi Allah SWT
semata dan menolak ibadah yang diperuntukkan kepada selain Allah SWT, maka
inilah ajaran tauhid yang sebenarnya yang dibawa oleh para rasul, dari mulai
Adam as sampai kepada Muhammad saw. Sedangkan lawannya adalah menyekutukan Allah
SWT, yaitu memperuntukkan segala ibadah kepada selain Allah SWT di samping
kepada Allah, atau diperuntukkan hanya kepada selain Allah SWT. Inilah perbuatan
syirik yang pada umumnya dilakukan oleh orang-orang musyrik, yang menimbulkan
pertentangan antara seluruh rasul dengan umatnya.
Syirik kepada Allah SWT itu dapat dibagi menjadi dua bagian.
Pertama, syirik besar. Yaitu, syirik yang dapat menafikan
(meniadakan ketauhidan secara menyeluruh, yang dapat mengeluarkan pelakunya dari
agama Islam (murtad), dan mewajibkan pelakunya kekal di dalam neraka, apabila
dia mati dalam keadaan syirik, karena Allah SWT tidak akan mengampuninya. Hal
ini sesuai dengan firman Allah SWT yang artinya, "Sesungguhnya Allah itu
tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa selain
(syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa yang besar." (An-Nisaa':
48).
"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia. Dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa
yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah,
maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya." (An-Nisaa': 116).
"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata:
'Sesungguhnya Allah adalah al-Masih putra Maryam,' padahal al-Masih (sendiri)
berkata: 'Hai Bani Israel, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.' Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan
kepadanya surga, dan tempatnya adalah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang yang
zalim itu satu penolong pun." (Al-Maidah: 72). Dan, firman-firman Allah
dalam ayat yang lain.
Dari Ibnu Mas'ud r.a. seraya berkata, Aku mendengar Rasulullah
saw. bersabda, "Orang yang mati dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan
sesuatu, niscaya ia akan dimasukkan ke dalam neraka." Dan aku (Ibnu Mas'ud)
berkata, "Orang yang mati dalam keadaan tidak mempersekutukan Allah dengan
sesuatu, niscaya dia akan dimasukkan ke dalam surga." (HR Bukhari).
Dari Jabir bin Abdullah r.a. berkata, "Seseorang laki-laki
datang kepada Nabi saw., lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah saw., apa yang
dimaksud dengan dua hal yang pasti dipenuhi?' Kemudian, Rasulullah saw.
Bersabda, "Barangsiapa mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan
sesuatu, niscaya dia masuk surga. Dan barangsiapa mati dalam keadaan
mempersekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya dia masuk neraka." (HR
Muslim).
Selain hadis tersebut di atas masih banyak hadis-hadis dan
keterangan lainnya yang mengandung peringatan Rasulullah saw. kepada umatnya
tentang syirik dan beberapa perantaranya. Rasulullah saw. melarang seseorang
untuk melakukan tindakan yang berlebihan dalam mengagungkan makhluk, menjadikan
kuburan sebagai masjid dan tempat berkunjung (ziyarah), dan beliau melarang
membuat bangunan di atas kuburan, menyalakan lampu di atasnya, serta beliau pun
menjelaskan tentang ziarah kubur yang disyariatkan sebagaimana beliau pun telah
menjelaskan tawassul (membuat perantara) yang disyariatkan, dan
menjelaskan pula tawassul yang bid'ah (diada-adakan) dan beliau pun
melarangnya.
Di bawah ini akan dikemukakan sejumlah hadis Nabi saw. yang
melarang perbuatan syirik dan wasilah-wasilahnya:
- Dari Umar r.a., Rasulullah saw. telah bersabda, "Janganlah kalian
menyanjungku seperti menyanjungnya orang-orang Nasrani kepada putra Maryam (Nabi
Isa a.s.), karena aku ini hanya seorang hamba, maka katakanlah, 'Hamba Allah dan
rasul-Nya'."
- Dari Anas r.a. bahwa orang-orang telah berkata, "Wahai Rasulullah, wahai
orang yang terbaik di antara kita dan putra terbaik di antara kita, dan wahai
tuan kami dan putra tuan kami, maka Rasulullah saw. Bersabda, "Wahai manusia,
katakanlah olehmu dengan perkataan atau dengan sebagian perkataanmu, dan
janganlah kalian diperdaya oleh setan. Aku ini adalah Muhammad, seorang hamba
Allah dan Rasul-Nya dan aku tidak senang kalian mengagungkanku melebihi
kedudukanku, yaitu kedudukan yang telah diberikan oleh Allah Azza wa Jalla."
(HR Ahmad, Nasa'i dan Ibnu Hibban).
- Dari Aisyah r.a. bahwa Ummu Salamah menceritakan kepada Rasulullah saw.
tentang sebuah gereja yang dilihatnya di negeri Habsyi yang diberi nama "Maria",
lalu dia pun menceritakan tentang gambar yang dilihatnya yang ada di dalamnya.
Kemudian, Rasulullah saw. bersabda, "Mereka itu adalah kaum yang apabila ada
seorang hamba atau seorang lelaki yang saleh meninggal dari kalangan mereka,
maka mereka akan membangun sebuah masjid di atas kuburannya dan mereka akan
melukisnya di dalam masjid tersebut. Mereka itu adalah makhluk yang paling buruk
di sisi Allah SWT." (HR Bukhari).
- Dari 'Aisyah r.a. berkata, "Ketika ayat Alquran diturunkan kepada Rasulullah
saw., beliau menutupi mukanya dengan telapak tangannya, apabila tidak jelas,
maka beliau membuka mukanya, lalu beliau bersabda sebagai berikut: "Laknat
Allah bagi orang-orang Yahudi dan Nasrani, di mana mereka menjadikan
kuburan-kuburan para nabinya sebagai masjid." (HR Bukhari). Dalam hal ini
beliau mengingatkan apa yang telah diperbuat oleh mereka.
- Dari Abi Martsad al-Ghanawi r.a. berkata, Rasulullah saw. telah bersabda,
"Janganlah kamu melakukan salat sambil menghadap ke kuburan dan janganlah
kamu duduk di atasnya." (HR Muslim).
- Dari Jabir r.a. berkata, "Nabi saw. melarang menangisi kuburan, mendudukinya, dan mendirikan bangunan di atasnya." (HR Muslim). Dan hadis-hadis yang lain.
Kedua, syirik kecil. Syirik yang ini tidak
menyebabkan pelakunya keluar dari agama, tetapi dapat mengurangi pahala, dan
terkadang dapat menghapuskan pahala amal kebaikan, seperti perbuatan riya. Hal
ini berdasarkan sabda Rasulullah saw., "Sesuatu yang paling aku khawatirkan
akan menimpa kalian adalah syirik kecil," para sahabat bertanya: "Wahai
Rasulullah, apa yang dimaksud dengan syirik kecil itu? Beliau menjawab,
"Riya'." Demikian juga halnya dengan sumpah atas nama selain Allah,
sumpah dengan menyebut bapak-bapaknya, ibu-ibunya, anak-anaknya, atau sumpah
dengan atas nama kepercayaan, dan lain-lain. Dari Abdullah bin Amar r.a.,
Rasulullah saw. telah bersabda, "Aku bertemu dengan Umar bin Khaththab yang
bermaksud menaiki binatang tunggangannya sambil bersumpah dengan menyebut nama
bapaknya, lalu Rasulullah saw. bersabda, "Ingatlah, sesungguhnya Allah melarang
kalian untuk bersumpah dengan menyebut bapak-bapakmu. Barangsiapa yang hendak
bersumpah, maka bersumpahklah dengan menyebut nama Allah atau diam sama
sekali." (HR Bukhari).
Meskipun peringatan yang terdapat dalam hadis-hadis Nabi saw.
itu sangat keras, tetapi banyak sekali kaum muslimin yang melakukan sesuatu yang
dilarang oleh Allah SWT dan nabi-Nya. Dalam kenyataannya, banyak kaum muslimin
yang banyak melakukan berbagai macam perbuatan syirik, sehingga kemusyrikan dan
bid'ah
sedemikian rupa dilakukan secara teratur seakan-akan hal tersebut merupakan perbuatan yang bersumber dari agama. Padahal, memperlihatkan ketauhidan dan kemurnian beragama itu hanya kepada Allah yang merupakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah, dan Rasul-Nya telah menjelaskannya sebagai sesuatu yang asing (mengada-ada). Orang yang berpegang teguh terhadap perintah tersebut dengan mencegah kemusyrikan dan perbuatan bid'ah, maka dia akan berhadapan dengan orang-orang bodoh dan orang-orang musyrik—dan tidak ada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah—di mana mereka (orang-orang bodoh dan orang-orang musyrik) ini merupakan orang-orang yang menyebarkan kebencian kepada orang-orang yang saleh dan berpaling dari agama yang benar. Dengan demikian, kemungkaran di hadapan orang-orang yang sesat dianggap sebagai perbuatan baik, dan perbuatan yang baik dianggap sebagai perbuatan mungkar. Tidak ada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah SWT.
sedemikian rupa dilakukan secara teratur seakan-akan hal tersebut merupakan perbuatan yang bersumber dari agama. Padahal, memperlihatkan ketauhidan dan kemurnian beragama itu hanya kepada Allah yang merupakan sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah, dan Rasul-Nya telah menjelaskannya sebagai sesuatu yang asing (mengada-ada). Orang yang berpegang teguh terhadap perintah tersebut dengan mencegah kemusyrikan dan perbuatan bid'ah, maka dia akan berhadapan dengan orang-orang bodoh dan orang-orang musyrik—dan tidak ada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah—di mana mereka (orang-orang bodoh dan orang-orang musyrik) ini merupakan orang-orang yang menyebarkan kebencian kepada orang-orang yang saleh dan berpaling dari agama yang benar. Dengan demikian, kemungkaran di hadapan orang-orang yang sesat dianggap sebagai perbuatan baik, dan perbuatan yang baik dianggap sebagai perbuatan mungkar. Tidak ada daya dan kekuatan selain atas pertolongan Allah SWT.
Di antara perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan syariat
yang dilakukan oleh umat dewasa ini di antaranya:
1. Mohon dikabulkan doanya dan meminta syafaat dari
Rasulullah saw. ketika berada di makamnya.
Syekh Ibnu Taimiyyah berkata, "Di antara manusia itu ada yang
menafsirkan firman Allah SWT, 'Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya
dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan rasul pun
memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima
tobat lagi Maha Penyayang.' (An-Nisaa': 64). Mereka menafsirkannya, 'Jika kami
memohonkan ampun dari Rasul-Nya setelah kematiannya, maka kami bagaikan
orang-orang yang memohonkan ampun dari sahabatnya.' Padahal, dengan melakukan
hal tersebut mereka telah bertentangan dengan ketentuan yang didasarkan kepada
kesepakatan para sahabat, tabi'in, dan segenap kaum muslimin. Karena, tidak
seorang pun dari mereka yang memohonkan pertolongan kepada Nabi saw. setelah
beliau meninggal, dan meminta sesuatu darinya. Demikian juga, tidak ada seorang
pun dari imam-imam kaum muslimin yang menjelaskan hal tersebut dalam
kitab-kitabnya, yang menjelaskan bahwa perbuatan tersebut merupakan perintah
para malaikat, para nabi, dan orang-orang saleh, yang apabila mereka meninggal
dianjurkan untuk mengajukan permohonan di atas kuburan dan tempat mereka.
Memohon kepada patung-patung merupakan jenis kemusyrikan yang sangat besar yang
dilakukan oleh kaum musyrikin selain ahli kitab (Yahudi dan Nasrani). Sedangkan
dalam bid'ah yang dilakukan oleh Ahli Kitab dan kaum muslimin yang melakukan
kemusyrikan dan ibadah kepada selain Allah, merupakan perbuatan yang tidak
diperintahkan oleh Allah."
2. Mengistimewakan berdoa dan beribadah di makam para
nabi.
Orang yang melakukan perbuatan tersebut menyakini bahwa berdoa
di kuburan para nabi itu pasti akan dikabulkan, atau beranggapan ahwa berdoa di
kuburan para nabi itu lebih utama dibandingkan dengan berdoa di masjid-masjid
dan di rumah-rumah, dan salat yang dilakukan di kuburan para nabi pasti akan
diterima. Padahal, perbuatan tersebut termasuk kemungkaran dan bid'ah
menurut kesepakatan para imam muslimin, dan perbuatan tersebut termasuk
perbuatan yang diharamkan (dilarang).
3. Meminyaki makam dan menciumnya.
Syekh Ibnu Taimiyyah r.a. berkata, "Para ulama salaf telah
sepakat bahwa tidak boleh memohon keselamatan dari kuburan para nabi, dan tidak
dianggap baik melakukan salat di sisinya, dan tidak boleh memohon dikabulkan doa
kepadanya. Karena, perbuatan tersebut termasuk dari sebab-sebab yang membawa
kepada kemusyrikan dan sama dengan beribadah kepada berhala. Sebagaimana Allah
SWT berfirman, 'Dan mereka berkata: 'Dan janganlah sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan
(penyembahan) wadd, dan jangan pula suwa' yaghuts, ya'uq,
dan nashr.' (Nuh: 23). Sekelompok ulama salaf berpendapat, mereka itu
adalah sekelompok orang saleh dari kaum Nuh a.s., yaitu ketika mereka meninggal,
maka orang-orang beritikaf di atas kuburannya, lalu mereka membentuk
patung-patungnya yang kemudian menyembahnya."
4. Memohon keberkahan dari orang-orang saleh dan
mengagungkan mereka secara berlebih-lebihan.
Perbuatan tersebut ditunjukkan dengan mencium sesuatu yang
berkaitan dengan orang-orang saleh, baik mencium badannya, pakaiannya, benda
peninggalannya, mengagungkan kuburannya setelah meninggalnya dengan cara itikaf
di atas kuburannya, melakukan salat di sisinya, berdoa di hadapannya, bersusah
payah mengunjunginya, mengelilinginya, menyalakan lampu di atasnya, meminyakinya
dan menciumnya. Perbuatan yang paling tercela dari sekian perbuatan itu adalah
meminta untuk dikabulkan doa kepada mereka, padahal mereka telah meninggal, dan
memohon pertolongan dan dicukupi segala kebutuhan kepada mereka, seluruh perbuatan tersebut termasuk perbuatan munkar yang keji.
memohon pertolongan dan dicukupi segala kebutuhan kepada mereka, seluruh perbuatan tersebut termasuk perbuatan munkar yang keji.
5. Memohon keberkahan kepada pohon, batu, dan benda-benda
lainnya.
Perbuatan tersebut dilakukan, baik dengan cara beritikaf,
melakukan ibadah di sisinya, atau mengalungkan sobekan kain kepadanya. Semua
perbuatan tersebut termasuk perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh seseorang
muslim, karena perbuatan tersebut bersumber dari ajaran agama orang-orang
musyrik dan bukan bersumber dari ajaran agama Islam. Syekh Ibnu Taimiyyah
berkata, "Adapun pohon, batu, mata air, dan lain-lain termasuk sesuatu yang
ditakuti oleh sebagian orang-orang awam, sehingga mereka biasa mengalungkan
sobekan kain dan lain sebagainya. Maka, perbuatan tersebut termasuk perbuatan
munkar dan bid'ah yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahiliyah, dan sebagai
perbuatan menyekutukan Allah SWT." (Biko).
Sumber: Al-Jahl bi Masailil I'tiqaad wa Hukmuhu, Abdur
Razzaq bin Thahir bin Ahmad Ma'asy
Tidak ada komentar:
Posting Komentar