Bulan Ramadhan yang insya Allah sebentar lagi akan kita masuki, adalah bulan yang sangat mulia, bulan tarbiyah(pembinaan) untuk mencapai derajat yang paling tinggi, paling mulia: derajat taqwa. “Hai or ang-or ang yang beriman, diwaj ibkan at as kamu ber puasa, sebagaimana diwaj ibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS Al Baqarah: 183). “Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah yang paling bertaqwa.” (QS Al Hujurat: 13).
Predikat t aqwa ini t idak mudah unt uk diper oleh. I a bar u akan diper oleh manakala seseor ang melakukan persiapan yangcukup, dan mengisi bulan Ramadhan itu dengan berbagai kegiatan yang baik dan mensikapinya dengan benar.
TIGA HAL YANG PERLU DIPERSIAPKAN
Minimal ada tiga hal yang perlu dipersiapkan dalam menyongsong bulan Ramadhan yang penuh berkah itu:
1. Persiapan Ruh dan Jasad.
Dengan car a mengkondisikan diri agar pada bulan Sya’ban (bulan sebelum Ramadhan) kita telah terbiasa dengan berpuasa. Sehingga kondisi ruhiyah imaniyah meningkat , dan tubuh sudah terlatih berpuasa Dengan kondisi seperti ini, maka ketika kita memasuki bulan Ramadhan, kondisi ruh dan iman telah membaik, yang selanjutnya dapat langsung menyambut bulan Ramadhan yang mulia ini dengan amal dan kegiatan yang dianjurkan. Di sisi lain, tidak akan terjadi lagi gejolak phisik dan proses penyesuaian yang kadang-kadang dirasakan oleh orang-orang yang pertama kali berpuasa, seperti: lemah badan, demam atau panas dingin dan sebagainya. Rasulullah saw menganjurkan kepada kita agar kita memperbanyak puasa sunnah pada bulan Sya’ban ini dengan cara memberikan contoh langsung dan aplikatif . ‘Aisyah RadhiyaLlahu‘anha berkata: ”Rasulullah saw ber puasa, sampai-sampai kami mengiranya tidak pernah meninggalkannya”. Demikian dalam riwayat Bukhari dan Muslim. Dalam riwayat lain dikatakan bahwa: ”Beliau melakukan puasa sunnah bulan Sya’ban sebulan penuh, beliau sambung bulan itu dengan Ramadhan”. (Hadit s shahih dir iwayat kan oleh par a ulama’ hadit s, lihat Riyadhush-Shalihin, Fat hul Bar i, Sunan At-Tirmidzi dan lain-lain).
Anjuran tersebut dikuatkan lagi dengan menyebutkan keutamaan bulan Sya’ban. Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah saw. Katanya: ”Ya Rasulullah, saya tidak melihat engkau berpuasa pada bulan-bulan yang lain sebanyak puasa di bulan Sya’ban ini?” Beliau saw menj awab: ”Itulah bulan yang dilupakan or ang, antara Rajab dan Ramadhan, bulan ditingkatkannya amal perbuatan kepada Allah swt Rabbul ‘Alamin. Dan aku ingin amalku diangkat sedang aku dalam keadaan berpuasa”. (HR An-Nasa-i).
2. Persiapan Materi.
Bulan Ramadhan merupakan bulan muwaasah (bulan santunan). Sangat dianjurkan memberi santunan kepada orang lain, betapapun kecilnya. Pahala yang sangat besar akan didapat oleh orang yang tidak punya, manakala ia memberi kepada orang lain yang berpuasa, sekalipun Cuma sebuah kurma, seteguk air atau sesendok mentega. Rasulullah saw pada bulan Ramadhan ini sangat dermawan, sangat pemurah. Digambarkan bahwa sentuhan kebaikan dan sant unan Rasulullah saw kepada masyarakat sampai merata, lebih merata ketimbang sentuhan angin terhadap benda benda di sekitarnya. Hal ini sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Abbas RadhiyaLlahu ‘anhu: ”Sungguh, Rasulullah saw saat bertemu dengan malaikat Jibril, lebih derma dari pada angin yang dilepaskan”. (HR Muttafaqun ‘alaih).
Santunan dan sikap ini sudah barang tentu t idak dapat dilakukan dengan baik kecuali manakala jauh sebelum Ramadhan telah ada persiapan-persiapan materi yang memadai.
3. Persiapan Fikri (Persepsi).
Minimal persiapan fikri ini meliputi dua hal, yaitu:
1. Mempunyai persepsi yang utuh tentang Ramadhan dan keutamaan bulan Ramadhan.
2. Dapat memanfaatkan dan mengisi bulan Ramadhan dengan kegiatan-kegiatan yang secara logis dan konkrit mengantarkannya untuk mencapai ketaqwaan.
Oleh : Ustadz Abdul Hasib Lc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar