Kamis, 11 Oktober 2012

Menggapai Rahmat Allah dengan Taubat Sebelum Terlambat


"Katakanlah (bahwa Allah berkata): "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab menimpamu kemudian kamu (pada saat itu) tidak (lagi) ditolong. Dan ikutilah sebaik-baik yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba sedang kamu tidak menyadari." (Az-Zumar: 53--55)
Manusia adalah makhluk yang dibekali dengan nafsu dan dorongan-dorongan jiwa untuk berbuat memenuhi kesenangan dirinya. Hal ini tentu saja memberi potensi kepada manusia untuk melakukan hal-hal yang merupakan larangan-larangan Allah. Karena, jika nafsu yang menjadi penggerak segala tindak-tanduknya, itu berarti kebodohanlah yang telah mengendalikannya, dan hal itu merupakan perbuatan yang melampaui batas. Namun, sangat disayangkan, banyak yang bergelimang dari dosa ini - karena kebodohannya - merasa dosanya tidak dapat diampuni oleh Allah. Tipu daya setan ini justru semakin menjerumuskan mereka ke dalam jurang dosa yang lebih dalam dari sebelumnya dengan terus-menerus berbuat dosa dan putus asa dari ampunan Allah.
Melalui ayat-ayat pada surat Az-Zumar ayat 53--55 tersebut, Allah memberitahukan kepada hamba-hambanya agar tidak berputus asa dari ampunan dan rahmat Allah, karena Allah mengampuni semua dosa apa pun bentuk dan berapa pun besarnya. Tentunya dengan memenuhi syarat-syarat taubat, yang antara lain adalah agar taubat itu dilakukan sebelum ditutupnya pintu taubat dengan datangnya ajal, atau azab, atau datangnya kiamat yang ditandai dengan terbitnya matahari dari barat.
Berikut ini beberapa poin penting yang dapat kita ambil hikmahnya dari ayat-ayat di atas.
  1. Larangan berputus asa dari rahmat dan ampunan Allah. Karena, putus asa itu merupakan salah satu senjata setan untuk menyesatkan manusia dan merupakan sifat orang kafir.
  2. Allah mengampuni semua dosa apa pun bentuk dan berapa pun besarnya.
  3. Hal ini dipertegas dengan menggunakan kata "inna" (sesungguhnya) dan "jami-an" (semuanya) yang merupakan kata penegas dalam bahasa Arab. Sehingga, kita tidak perlu ragu akan besarnya ampunan Allah. Sesungguhnya rahmat Allah itu lebih besar dari murka-Nya.
  4. Bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan, di antara nama-nama Allah adalah al-Ghafuur dan ar-Rahiim.
  5. Termasuk syarat taubat adalah kembali kepada Allah dan berserah diri kepadanya dengan memeluk Islam tentunya. Karena, tidak mungkin berserah diri kepada Allah tanpa menjadi Muslim. Hendaklah hal itu dilakukan sebelum azab datang menimpa, karena taubat dan penyesalan pada saat azab datang tidak lagi berguna untuk menolong seseorang.
  6. Perintah untuk mengikuti dan mematuhi sebaik-baik yang diturunkan Allah kepada hamba-Nya, yaitu Alquran, sebelum datangnya azab menimpa pada saat kita tidak menyadarinya. Hal ini tegas memerintahkan manusia untuk menjadikan Alquran sebagai pedoman dan panutan dalam kehidupan ini. Khususnya kaum Muslimin yang sudah seharusnya berpedoman kepada Alquran karena sudah mengikrarkan iman kepadanya.

Demikianlah beberapa hal penting yang dapat kita ambil hikmahnya untuk dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, bagi diri kita, teman, sahabat, tetangga, keluarga, dan lingkungan sekitarnya, bahkan manusia pada umumnya. Wallahu al-Musta'aan.

Tidak ada komentar: