"Dan berbuat baiklah (ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah: 195).
Ali bin al-Husain memiliki hamba sahaya perempuan. Suatu hari
sang budak menuangkan air wudu untuknya. Tanpa disengaja, ceret, tempat air
wudhu, jatuh menimba wajah Ali hingga terluka. Ali Zainal Abidin dengan marah
menatap wajah sang budak. Merasa bersalah sang budak berkata, (mengutip surah
Ali Imran ayat 134 yang menyebutkan kriteria orang bertakwa), "Sesungguhnya
Allah berfirman, 'Wal kaazimiinal ghaidl,' (Dan orang yang menahan
amarahnya)."
Ali menjawab, "Aku telah menahan amarahku."
Hamba sahaya berkata lagi, "Wal 'aafiina 'anin nas" (Dan orang-orang yang memberikan maafnya).
Ali menimpali, "Semoga Allah memaafkan kamu."
Ia berkata lagi, "Wallahu yuhibbul muhsiniin" (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan).
Ali membalas, "Engkau telah kubebaskan karena Allah Azza wa Jalla." (Al-Bidayah IX/112).
Ali menjawab, "Aku telah menahan amarahku."
Hamba sahaya berkata lagi, "Wal 'aafiina 'anin nas" (Dan orang-orang yang memberikan maafnya).
Ali menimpali, "Semoga Allah memaafkan kamu."
Ia berkata lagi, "Wallahu yuhibbul muhsiniin" (Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan).
Ali membalas, "Engkau telah kubebaskan karena Allah Azza wa Jalla." (Al-Bidayah IX/112).
Subhanallah! sungguh sebuah sikap yang mengagumkan. Amarah yang
berhenti dalam sekejab karena dibacakan ayat, disusul pemberiaan maaf, bahkan
pembebasan budak karena dorongan berbuat ihsan. Tercermin sebuah kematangan
emosi, pengagungan akan ayat Allah, dan sikap memilih dan melakukan yang terbaik
(ahsanahu).
Itulah profil muslim. Karena, Islam dibangun di atas tiga
pilar: Islam, iman, dan ihsan. "Tadi adalah Malaikat Jibril yang datang
kepada kalian untuk mengajarkan persoalan din kepada kalian." Itulah jawaban
Rasulullah ketika malaikat datang dan bertanya perihal Islam, iman dan ihsan.
Jadi, dinul Islam dibangun di atas ketiganya.
Perbuatan ihsan itu banyak bentuk dan ragamnya. Ihsan dalam hal
ibadah, seperti jawaban Rasulullah saw. kepada Jibril, "Ihsan adalah
hendaklah engkau beribadah kepada Allah seperti engkau melihat-Nya. Jika engkau
tidak bisa melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (HR Muslim). Ihsan
dalam ibadah adalah adanya rasa selalu diawasi Allah Taala ketika menunaikannya,
seolah ia melihat Allah, atau minimal merasakan bahwa Allah melihatnya. Untuk
itu, harus dilakukan dengan menyempurnakan syarat, rukun, sunah dan
tata-caranya. Karena, ibadah tidak akan dilihat oleh Allah jika menyelisihi
tata-cara yang disyariatkan. Demikian ditulis oleh Abu Bakar al-Jazairi dalam
Minhajul Muslim. Beliau juga menilis bentuk-bentuk berbuat ihsan dalam
bidang muamalah, misalnya dengan berbuat baik kepada orang tua, sanak keluarga,
anak yatim, orang miskin, musafir, pembantu, manusia secara umum dan hewan,
seperti tersebut dibawah ini.
Berbuat baik kepada orang tua bisa dengan menaatinya,
memberikan kebaikan kepada keduanya, tidak menyakiti keduanya, mendoakan
keduanya, memintakan ampun untuk keduanya, melaksanakan wasiat-wasiat keduanya
dan menghormati teman-teman keduanya.
Berbuat baik kepada sanak keluarga misalnya dengan menyayangi
mereka, lemah lembut terhadap mereka, mengerjakan perbuatan baik bersama mereka,
tidak melakukan tindakan-tindakan yang menyusahkan mereka dan tidak
menjelek-jelakkan ucapan mereka.
Berbuat baik kepada anak yatim ialah dengan menjaga harta
mereka, melindungi hak-hak mereka, mendidik mereka, membina mereka, tidak
menyakiti mereka, tidak memaksa mereka, ceria di depan mereka, dan mengusap
kepala mereka.
Berbuat baik kepada orang-orang miskin adalah dengan
menghilangkan kelaparan mereka, menutup aurat mereka, menganjurkan manusia
memberi makan kepada mereka, tidak mencaci kehormatan mereka, tidak menghina
mereka, dan tidak menimpakan kesusahan kepada mereka.
Berbuat baik kepada musafir ialah dengan memenuhi kebutuhannya,
menutup aibnya, menjaga hartanya, melindungi kemuliannya, memberinya petunjuk
jika ia meminta petunjuk, dan menunjukkannya jika tersesat.
Berbuat baik kepada pembantu adalah dengan menggajinya sebelum
keringatnya kering, tidak menyuruhnya mengerjakan pekerjaan yang tidak mampu
dikerjakan, menjaga kemuliaannya, dan menghormati kepribadiannya. Jika pembantu
tersebut menetap di rumah yang dibantu, baginya memberi makan seperti yang ia
makan, memberi pakaian seperti yang ia kenakan.
Berbuat baik kepada manusia secara umum antara lain dengan
berkata lembut kepada mereka, mempergauli mereka dengan pergaulan yang baik
setelah sebelumnya menyuruh mereka kepada kebaikan, melarang mereka dari
kemungkaran, memberi petunjuk kepada orang yang tersesat di antara mereka,
mengajari orang jahil di antara mereka, mengakui hak-hak mereka, tidak
mengganggu mereka dengan mengerjakan tindakan yang membahayakan mereka dan lain
sebagainya.
Berbuat baik kepada hewan adalah dengan memberinya makan jika
lapar, mengobatinya jika sakit, tidak membebani dengan muatan yang tidak mampu
ditanggungnya, lemah lembut terhadapnya jika bekerja, dan mengistirahatkannya
jika lelah.
Begitulah bentuk-bentuk ihsan. Semoga kita tergolong dalam
barisan muhsinin yang dicintai Allah, seperti dalam firman di atas, "Dan
berbuat baiklah (ihsan), karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berbuat baik." (Al-Baqarah: 195). Wallahu a'lam bish shawab. (Abu
Zahrah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar